(Beritadaerah-Kolom) PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) Kusan di Tanah Bumbu Kecamatan Teluk Kepayang Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan berperan vital dalam menyuplai kebutuhan energi bagi sejumlah perusahaan besar di wilayah tersebut.
Data kebutuhan listrik di Kalimantan Selatan adalah sebesar 603 MW. Data pasar ini didapatkan dari pelanggan perusahaan yang sudah energize di Kalimantan Selatan mencakup PT Indocement Tunggal Perkasa (ITP) dengan 55 MW dan PT Sebuku Iron Lateritic Ores (SILO) dengan 75 MW, sehingga totalnya mencapai 130 MW. Sementara itu, pelanggan potensial yang belum energize terdiri dari PT Anugerah Barokah Cakrawala (ABC) dengan 80 MW, PT Sumber Daya Energi (SDE) dengan 69 MW, PT Smart Agribusiness Food (SMART) dengan 20 MW, PT Pelsart Tambang Kencana (PTK) dengan 24 MW, KI Sebuku Iron Industrial Park (SIIP) dengan 250 MW, dan PT Transcoal Minergy (TCM) dengan 30 MW, yang totalnya mencapai 473 MW. Dengan demikian, total keseluruhan daya untuk pelanggan yang sudah dan belum energize adalah 603 MW.
Kebutuhan pasar listrik sebesar 603 MW menjadi tantangan besar bagi PLTA Kusan, yang saat ini memiliki kapasitas terpasang hanya sebesar 40,5 MW. Tidak cukup hanya PLTA Kusan saja, diperlukan sumber-sumber energi lain dan strategi menarik investor dengan institusi yang visioner. Pengembangan menuju ke 603 MW dalam artikel ini di ilustrasikan sebagai institusi “Tanah Bumbu Energy.”
Salah satu strategi yang diusung untuk memenuhi target kebutuhan listrik sebesar 603 MW adalah penerapan Penetapan Wilayah Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (PWUPTL). Melalui pendekatan ini, “Tanah Bumbu Energy”dapat langsung menjual listrik ke perusahaan tanpa harus melalui mekanisme Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik (PPA) yang biasa diterapkan oleh PLN. Artikel ini akan membahas bagaimana “Tanah Bumbu Energy”merencanakan untuk mencapai target tersebut melalui pengembangan kapasitas, investasi, diversifikasi energi terbarukan, hingga kolaborasi dengan pihak terkait.
Total Kapasitas dan Investasi yang Dibutuhkan
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, “Tanah Bumbu Energy” harus menambah kapasitas sebesar 562,5 MW. Berdasarkan analisis keuangan, total investasi yang diperlukan untuk mencapai kapasitas tersebut mencakup biaya pembangunan pembangkit dan transmisi, serta biaya operasional tahunan.
Estimasi Biaya Pembangunan dan Investasi
Biaya pembangunan “Tanah Bumbu Energy” diperkirakan sekitar Rp25 miliar per MW, sehingga untuk tambahan kapasitas 562,5 MW, total investasi yang diperlukan mencapai Rp14,06 triliun. Ditambah dengan investasi awal sebesar Rp1,1 triliun, total investasi yang dibutuhkan untuk proyek ini adalah sekitar Rp15,16 triliun.
Selain biaya pembangunan infrastruktur, ada juga biaya transmisi untuk menghubungkan pembangkit dengan sistem distribusi listrik. Dengan jarak transmisi sekitar 80 km dan biaya sekitar Rp4 miliar per kilometer, maka total biaya transmisi mencapai Rp320 miliar. Sehingga, total biaya investasi (CAPEX) yang dibutuhkan untuk proyek ini adalah Rp15,48 triliun.
Biaya Operasional (OPEX)
Setelah proyek beroperasi, biaya operasional (OPEX) tahunan akan meliputi biaya operasi untuk setiap 100 MW kapasitas, biaya tenaga kerja, serta biaya lainnya. Diperkirakan biaya operasional tahunan untuk kapasitas 603 MW mencapai Rp186,6 miliar, dengan tambahan biaya tenaga kerja dan biaya operasional lainnya yang totalnya sekitar Rp30 miliar per tahun.
Proyeksi Pendapatan dan Keuntungan
Dengan tarif listrik rata-rata Rp1.100 per kWh, “Tanah Bumbu Energy”dapat menghasilkan pendapatan tahunan yang cukup signifikan. Menghitung produksi listrik tahunan, jika “Tanah Bumbu Energy”beroperasi penuh sepanjang tahun (603 MW × 24 jam × 365 hari), maka total energi yang diproduksi adalah sekitar 5.285.880 MWh per tahun. Pendapatan tahunan yang dapat diperoleh adalah sekitar Rp4,44 triliun.
Analisis Keuangan: Laba dan Keberlanjutan Proyek
Berdasarkan perhitungan tersebut, laba kotor “Tanah Bumbu Energy”mencapai sekitar Rp4,253 triliun per tahun, setelah dikurangi biaya operasional. Dengan total investasi sebesar Rp15,48 triliun, payback period (waktu untuk balik modal) proyek ini diperkirakan sekitar 3,6 tahun. Return on Investment (ROI) proyek ini juga cukup tinggi, sekitar 27,5% per tahun, yang menunjukkan prospek keuangan yang sehat.
Dengan discount rate 10%, Net Present Value (NPV) proyek ini tetap positif, yang berarti proyek ini berpotensi menghasilkan nilai yang menguntungkan dalam jangka panjang.
Strategi Peningkatan Kapasitas “Tanah Bumbu Energy”
Untuk memenuhi target kapasitas 603 MW, PLTA Kusan dapat mengambil beberapa langkah strategis dalam pengembangan kapasitas, antara lain:
Pengembangan PLTA Baru: Mengidentifikasi lokasi potensial di Kalimantan Selatan yang dapat dikembangkan menjadi pembangkit listrik tenaga air tambahan, dengan skema kerjasama antara pemerintah dan investor swasta melalui model Public-Private Partnership (PPP).
Optimalisasi PLTA Eksisting: Memperbarui teknologi, seperti mengganti turbin untuk meningkatkan efisiensi produksi energi, serta mengelola pola operasi waduk agar pasokan listrik tetap kontinu meskipun di musim kemarau.
Diversifikasi Energi Terbarukan
Selain mengandalkan PLTA sebagai sumber utama energi, PLTA Kusan juga berpotensi untuk memperkaya portofolio energi terbarukan dengan sumber energi lain, seperti:
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Kalimantan Selatan memiliki potensi sinar matahari yang cukup melimpah, sehingga PLTS dapat menjadi pelengkap yang ideal untuk memenuhi kebutuhan listrik. Pembangunan PLTS skala besar bisa dimulai dengan mengoptimalkan lahan-lahan yang tidak terpakai di sekitar area PLTA.
Baca juga: Pedagang Pasar Terapung Lok Baintan di Kabupaten Banjar, Kalsel
Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa, dengan adanya sektor perkebunan kelapa sawit dan kehutanan di Kalimantan Selatan, limbah biomassa dari sektor ini bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit listrik berbasis biomassa ini dapat mendukung keberlanjutan energi terbarukan sekaligus mengurangi limbah.
Pengembangan Infrastruktur dan Interkoneksi
Salah satu aspek penting dalam menjalankan “Tanah Bumbu Energy” adalah pengembangan infrastruktur yang dapat menghubungkan pembangkit dengan pasar.
Langkah-langkah pengembangan infrastruktur ini meliputi: Pembangunan jaringan transmisi baru sepanjang 80 km untuk menghubungkan “Tanah Bumbu Energy” ke gardu induk dan kawasan pelanggan besar. Mengintegrasikan sistem distribusi energi di Kalimantan Selatan dengan jaringan transmisi lainnya di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur untuk meningkatkan efisiensi distribusi.
Kolaborasi dengan Pelanggan Besar
Salah satu strategi utama dalam proyek “Tanah Bumbu Energy”adalah menjalin kerjasama langsung dengan perusahaan-perusahaan besar yang membutuhkan pasokan listrik dalam jumlah besar. Beberapa perusahaan yang terlibat dalam proyek ini antara lain PT Indocement Tunggal Perkasa, PT Sebuku Iron Lateritic Ores, dan KI Sebuku Iron Industrial Park. “Tanah Bumbu Energy”menawarkan kontrak jangka panjang dan tarif listrik yang kompetitif untuk menarik pelanggan ini, yang pada gilirannya dapat mendukung stabilitas finansial proyek.
Dukungan Kebijakan dan Regulasi
Dalam mencapai tujuan ini, dukungan dari pemerintah sangat penting, baik dalam bentuk kebijakan maupun insentif. Beberapa kebijakan yang dapat mendukung proyek “Tanah Bumbu Energy”antara lain:
Memasukkan PLTA Kusan dan proyek energi lainnya dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN akan memastikan bahwa proyek ini mendapat dukungan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
Pemerintah juga dapat memberikan insentif seperti pengurangan pajak atau subsidi energi terbarukan untuk meningkatkan daya saing dan keberlanjutan proyek.
Skema Pembiayaan dan Kemitraan
Untuk memastikan kelancaran pembiayaan, “Tanah Bumbu Energy”dapat menggandeng berbagai pihak melalui kemitraan dengan sektor swasta. Salah satu skema yang dapat digunakan adalah melalui kerjasama dengan Independent Power Producers (IPP) yang dapat berbagi risiko investasi. Selain itu, “Tanah Bumbu Energy” juga dapat mengakses dana hijau, seperti Green Climate Fund atau bantuan dari Asian Development Bank, yang berfokus pada proyek-proyek energi terbarukan.
Menjawab Tantangan Wilus
Salah satu tantangan besar dalam proyek ini adalah menjual listrik langsung kepada pelanggan besar tanpa melalui mekanisme PPA dengan PLN. Dalam menghadapi tantangan ini, “Tanah Bumbu Energy”harus:
Mengidentifikasi Pelanggan Potensial, fokus pada perusahaan-perusahaan besar yang membutuhkan listrik dalam jumlah besar dan memiliki komitmen jangka panjang.
Membangun Kepercayaan Pasar, mengimplementasikan perencanaan operasional yang matang, termasuk mitigasi risiko yang bisa terjadi seperti gangguan teknis atau kekurangan pasokan di musim kemarau.
Optimalisasi Pasar Lokal
“Tanah Bumbu Energy” juga dapat memaksimalkan potensi pasar lokal dengan memfokuskan perhatian pada kawasan industri di Kalimantan Selatan. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Batulicin dan Sebuku Iron Industrial Park dapat menjadi konsumen utama listrik yang dihasilkan oleh “Tanah Bumbu Energy”. Dengan menawarkan solusi listrik yang lebih murah dan ramah lingkungan, “Tanah Bumbu Energy” tidak hanya meningkatkan daya saing industri lokal, tetapi juga membantu perusahaan-perusahaan di kawasan ini bersaing di pasar global.
Kesimpulan
Proyek “Tanah Bumbu Energy” yang dimulai dari PLTA Kusan memiliki potensi besar untuk memenuhi kebutuhan listrik sebesar 603 MW di Kalimantan Selatan. Dengan strategi pengembangan PLTA baru, diversifikasi energi terbarukan, pengembangan infrastruktur yang baik, serta kolaborasi dengan pelanggan besar dan dukungan pemerintah, “Tanah Bumbu Energy” dapat menciptakan sumber energi yang lebih berkelanjutan, efisien, dan ramah lingkungan. Dalam jangka panjang, keberhasilan proyek ini akan memberikan dampak positif terhadap ketersediaan energi, pengembangan ekonomi lokal, serta mendukung transisi Indonesia menuju energi hijau yang berkelanjutan.